DUA PULUH DUA PULUH

Relaks dulu,
Hidup remaja,
Darah panas,
Kenalah berhibur.

Tak kan nak menghadap buku,
Dua puluh empat jam,
Nanti bila dah tua,
Tak ada cerita menarik,
Yang nak dicanang,
Kepada anak cucu.

Itu kata kau,
Aku punya pendapat lain,
Bunyinya macam konsevatif,
Ya, aku anak muda,
Berdarah panas,
Tapi aku takut,
Sebab aku penakut.

Aku risau kalau darah panas ni,
Yang membuatkan,
Anak cucu tak ada rasa bangga,
Kepada aku,
Sebab masa mudanya,
Tak pernah lihat masa depan.

Dua Puluh Dua Puluh,
Bukan zaman Tok Kaduk,
Duit sekupang pun,
Perut boleh kenyang.

Dua Puluh Dua Puluh,
Itu zaman aku dewasa,
Zaman paling ditunggu-tunggu mereka,
Yang berpandangan jauh.

Dua Puluh Dua Puluh,
Pasti banyak yang kebulur,
Kalau masa remajanya,
Asyik berhibur.