kerna memilih tajuk lebih susah dari menulis isi

hutan,

mungkin tempat sesuai untuk aku meluahkan segala ini.

Ya,
membisikkan segala cerita kita kepada pohon-pohon.

Tidak,
aku bukan seperti mereka yang menoreh tubuh pepohon dengan nama-nama kita.
Tidak sama sekali kerna abahku selalu berpesan, pohon, tanah dan bumi itu ada jiwanya sendiri. 

Ya,
pohon-pohon pendengar hebat seperti mana Yang Esa yang selalu diam dikala hamba-hambanya menangis mengadu dan meminta perihal hidup di dunia. 
Ibu kata, diam untuk mendengar, bercakap bila meminta. Tuhan tak pernah meminta, dia hanya mendengar.

Berbalik pada kita,
segala cerita yang ku cerita pada pohon-pohon itu bahagian manis cerita kita.
sebelum mereka ditebang jadi rumah, meja, atau kertas.

Kerna aku hanya ceritakan bahagian manis cerita kita dan bahagian pahit telah kau bawa bersama ketika kau mati di hempap kayu balak.


Siapa suruh tak dengar nasihat, nak bermadu asmara, bergelak ketawa sampai tak dengar amaran tentang bahaya.

by Ara Drew, Thursday, 27 December 2012